Saya masih ingat, komik ini menjadi salah satu komik favorit-nya Mas Hikmat Darmawan, teman saya kuliah sekaligus seorang ikon pecinta komik Indonesia favorit saya. Beliau bilang di salah satu imelnya yang ditujukan kepada saya ketika saya memohon rekomendasi tentang novel grafis apa saja yang oke. Waktu itu dia bilang ke saya: "..di komik ini, Batman jadi asshole berat" Hehe, waktu itu saya belum tahu maksudnya, tapi setelah saya baca kayaknya saya mulai paham bagaimana “asshole”-nya Batman di komik karya Frank Miller ini.
Sebagaimana kita tahu bahwa komik "Batman: Year One" telah menjadi landasan cerita untuk pembuatan skenario film "Batman Begins", namun untuk film sekuel Batman "The Dark Knight" yang dirilis bulan Juli 2008, tampaknya tidak terlalu terinspirasi dari komik "Batman: The Dark Knight Returns" ini (Walau kelihatannya judulnya persis sama). Dari jalan ceritanya, sepertinya film sekuel itu lebih terinspirasi dari komik "Batman: Arkham Asylum", "Batman: The Long Halloween" dan juga "Batman: The Killing Joke", terutama untuk karakter Joker dan Harvey 'Two Face' Dent. Di samping itu, tidak hanya di komiknya, ternyata juga di filmnya, The Joker selalu jadi pusat perhatian. Kalau di komik, Joker digambarkan realistis sebagai sosok yang mengerikan, di film sekuel Batman, pemeran Joker-nya, Heath Ledger, juga “ikut-ikutan” bikin heboh, karena Ledger malah meninggal sebelum film ini dipublikasi. Jadi saat film ini beredar di Indonesia, pasti nanti ada tulisan "In memoriam: Heath Ledger" atau sejenisnya (kalau tidak ada, keterlaluan Warner Bros!)
Kisah komik ini sesungguhnya berlatar belakang pada masa Bruce Wayne yang sudah agak uzur. Sudah banyak kejadian dan pengalaman yang menghiasi kehidupan Bruce Wayne yang diceritakan saat itu sudah melepas jubah Dark Knight-nya selama 20 tahun. Meski masih ada yang belum berubah, yaitu mimpi buruk tentang kematian orang tuanya yang kerap membayanginya. Keputusannya kembali mengenakan jubah Batman bersamaan dengan kemunculan kembali Harvey Dent sang Two Face yang waktu itu pembebasannya memunculkan pro-kontra. Bagaimanapun juga, Batman di sini agak gendutan, tapi meski tubuhnya sudah melebar, Batman tetap garang membereskan penjahat-penjahat sinting di Gotham.
Dari cara berkelahi dan style memberantas musuh, Batman di komik karya Miller ini benar-benar keras dan bisa dibilang brutal. Adegan penuh luka di sana-sini, banjir darah, pokoknya habis-habisan deh. Juga ketika berduel dengan pimpinan Geng Mutants di kubangan lumpur, terlihat Batman berjuang keras mempertahankan dirinya.
Kisah tentang legenda Robin, tokoh sidekick Batman, kembali muncul di komik ini. Namun ia bukanlah lagi seorang anak laki-laki, melainkan seorang gadis cilik yang sangat berani mengambil resiko bernama Carrie Kelley. Carrie Kelley sendiri menjadi Robin bukan karena Bruce memilihnya, tapi Carrie sendiri yang membaptis dirinya berniat membantu Batman. Resminya Bruce mengangkat Carrie sebagai partner barunya setelah Carrie yang berpakaian Robin menolongnya dari perkelahiannya dengan pimpinan Mutants.
Lalu, tak lupa pula, tak seru petualangan Batman jika tak bertemu dengan Joker! Ya, Joker digambarkan sangat manusiawi di sini. Ia seorang pesakitan yang akhirnya bertemu kembali dengan sang Dark Knight. Adegan favorit saya ketika Joker sudah teler dibantai Batman, sang Batman masih sempat meludahi wajah Joker, saking kesalnya barangkali. Harusnya dikencingi juga sekalian ya.
Alur kisah komik ini semakin menarik, ketika Batman bertemu Clark Kent sang Superman yang kemudian melibatkan Superman dalam keputusannya bermain "sandiwara kecil" bertemakan kematian dirinya. Begitulah sang Dark Knight memilih masa pensiun yang unik dan merupakan pilihannya sendiri.
Frank Miller, Klaus Janson & Lynn Varley. (2002). Batman: The Dark Knight Returns. NY: DC Comics
Comments
Post a Comment